Langsung ke konten utama

MALARIA


MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
MALARIA




BAB I
PANDAHULAUN 

A.    LATAR BELAKANG
              Malaria adalah suatu penyakit akut dan bisa menjadi kronik, disebabkan protozoa yang hidup intra sel, genus plasmodium. Transmisi malaria berlangsung di lebih dari seratus negara di benua Afrika, Asia Oceania, Amerika Latin, Kepulauan Karibia, dan Turki. Kira-kira 1,6 miliard penduduk di daerah ini selalu berada dalam risiko terkena malaria. Tiap tahun ada 100 juta kasus terkena malaria dan meninggal 1 juta di daerah sahara Afrika. Sebagian besar yang meninggal adalah bayi dan anak-anak. Plasmodium malariae dan Plasmodium falciparum terbanyak di negara ini. Malaria telah diberantas di negeri-negeri seperti Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia, dan lain-lain negeri yang sudah maju atau berkembang. Malaria yang berat adalah yang disebabkan Plasmodium palciparum.        
Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Barat mencatat jumlah penderita penyakit malaria hingga akhir 2009 sebanyak 89.954 orang. Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Lingkungan Dinas Kesehatan NTB dr Ida Bagus Jelantik, di Mataram, mengatakan jumlah itu turun dibandingkan 2008 sebanyak 103.154 orang. "Dari sekian ribu warga yang terserang penyakit akibat gigitan nyamuk malaria itu, tidak ada satupun korban yang meninggal dunia baik pada 2008 maupun 2009". Mulai Januari 2010 sudah disebar kelambu antimalaria sebanyak 198 ribu unit ke seluruh kabupaten/kota. Kelambu itu merupakan realisasi bantuan negara donatur kepada Indonesia untuk menangani penyakit malaria.
Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. Di daerah transmigrasi dan daerah lain yang didatangi penduduk baru dari daerah non-endemik, sering terjadi letusan atau wabah yang menimbulkan banyak kematian. Lebih dari setengah penduduk Indonesia masih hidup di daerah dimana terjadi penularan malaria, sehingga beresiko terkena malaria.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana konsep dasar dari  penyakit malaria ?
2.      Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit malaria ?

C.     TUJUAN
1.      Mengetahui bagaimana konsep dasar dari penyakit malaria.
2.      Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan padapenyakit malaria.
3.      Untuk memenuhi tugas blok Gastrointestinal 2 dan Imun Hematologi.

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep dasar penyakit malaria
1.      Pengertian
              Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406).
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk (Corwin, 2000, hal 125).
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus plasmodium (Harijanto, 2000, hal
1).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja, 2000). 
              Penularan malaria dilakukan dilakukan oleh nyamuk betina dari tribus Anopheles. Adanya malaria di masyarakat dan dalam keluarga dapat dibedakan sebagai endemic atau epiendemik. Penggolongan lain adalah stable dan unstable malaria Macdonald. Malaria disuatu daerah dikatakan endemic bila insidensnya menetap untuk waktu yang lama.

2.      Etiologi
    Ada empat jenis palsmodium yang menyebabkan infeksi pada malaria:
a.       Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
b.      Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
c.       Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae (demam tiap hari empat).
d.      Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari
.

3.      Klasifikasi malaria
Malaria dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam :
a.       Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum).
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin).
Klasifkiasi penyebaran malaria tropika :
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).
b.      Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae).
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
c.       Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
d.      Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12 – 24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli.
Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.

4.      Karakteristik nyamuk
Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
a.       Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran rendah.
b.      Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari.
c.       Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit manusia (menghisap darah).
d.      Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km.
e.       Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut 48 derajat.
f.       Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu.
g.      Lebih senang hidup di daerah rawa.








5.      Patofisiologi
        Parasit Plasmodium yang berkembang biak dengan cara memisahkan tubuh dapat berkembang biak di dalam sistem hati manusia dengan sangat cepat menjadi ribuan hanya dalam beberapa menit setelah parasit ini disuntikan oleh nyamuk Anopheles betina yang sedang makan.

         Terdapat dua tahap perkembangan penyakit malaria, yaitu tahap exoerthrocitic dan tahap erithrocitic. Tahap exoeriyhrocitic adalah tahap dimana terjadinya infeksi pada sistem hati (liver) manusia yang disebabkan oleh parasit plasmodium, sedangkan tahap erithrocitic adalah tahap terjadinya infeksi pada sel darah merah (eritrosit).

           Setelah masuk melalui darah dan sampai di sistem hati manusia, parasit ini akan berkembang biak dengan cepat yang kemudian keluar dan menginfeksi sel darah merah, yang mana proses inilah yang menimbulkan timbulnya demam pada penderita malaria. Selanjutnya adalah parasit plasmodium akan terus berkembang biak dalam sel darah merah yang kemudian keluar untuk menginfeksi sel darah merah lain yang masih sehat, hal inilah yang menyebabkan terjadinya gejala panas atau demam naik turun pada penderita malaria.

           Walaupun sebenarnya sistem limpa manusia bisa menghancurkan sel darah merah yang terinfeksi oleh parasit, tetapi parasit plasmodium jenis falciparum dapat membuat sel darah merah menempel pada pembuluh darah kecil dengan cara melepaskan protein adhesif, sehingga dengan begini sel darah merah yang terinfeksi tidak dapat masuk kedalam sistem limpa untuk dihancurkan. Dengan kemampuan inilah plasmodium falciparum sering menjadi penyakit malaria akut, karena dengan kemampuan menempelkan sel darah merah yang telah terinfeksi di dinding pembuluh darah kecil secara simultan sehingga dapat menyumbat peredaran darah ke otak yang sering mengakibatkan kondisi koma pada penderita penyakit malaria .
          Lain halnya dengan sebagian parasit plasmodium jenis vivax atau ovale tidak mempunyai kecenderungan yang mematikan seperti plasmdium falciparum tetapi dengan kemampuan menghasilkan hipnosoites yang tetap aktif selama beberapa bulan bahkan tahun, sehingga penderita penyakit malaria yang disebabkan plasmodium ini sering mengalami malaria yang baru kambuh dan kambuh lagi selama beberapa bulan bahkan tahun setelah terinfeksi pertama kali, dan sangat sulit dibasmi secara tuntas dari dalam tubuh manusia terinfeksi.






















6.      Nursing fathway
FATOFISIOLOGI
Dalam tubuh manusia                         tubuh nyamuk anopheles betina


Dalam hati (fase jaringan)                        dalam kelenjar liur nyamuk 
Hinnozo                                 sporozo

Skizon               dalam darah                                   dalam nyamuk
                   
                Merozoit
               Tropozoit                                                  ookista

Skizon
                          Merozoit
Makrogametosit                makrogamet
                                                                                Zigot= ookinet
Mikrogametosit                 mikrogamet
 
       
                                                                                    HEMOLISIS
                  Eritrosit yang                                              demam
                 Mengandung ribuan                                     anemia
                  Morozoit pecah                                           ikterus
                                                                                      mual
Fagositosis eritrosit yang                                              muntah
Mengandung parasit                                                     sakit kepala
                                                                                                        anoreksia
hepatosplenomegali

7.      Manifestasi klinis
Tanda fan gejala yang muncul pada malaria secara umum :
a.       Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam periodik.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan :
1.      Periode dingin
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
2.      Periode panas
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
3.      Perode berkeringat
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.

b.      Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah. Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.
c.       Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.
d.      Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :
1.      Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang di hasilkan.
2.      Ikterus hepatoseluler.
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.
3.      Ikterus obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif.

8.      Pemeriksaan diagnostik
a.       Pemeriksaan mikroskopis malaria
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan.
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
1)      Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
2)      Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
3)      Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat.
4)      Identifikasi spesies plasmodium.
5)      Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.


b.      QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.
c.       Pemeriksaan imunoserologis
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan enzim immunoassay.
d.      Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.

9.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari jenis plasmodiuman antara lain sebagai berikut :
a.       Malaria tersiana/kuartana
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari).
b.      Malaria ovale
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari). Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6 jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
c.       Malaria Falciparum
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari.

10.  Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dari penyakit malaria :
a.       Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%) bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran, kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh.
b.      Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak (<> 3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya Anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glome.
c.       Edema berat
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan. Frekuensi pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
d.      Hipoglikemia
Konsentrasi gula pada penderita turun.
B.     ASUHAN KEPERAWATAN PADA MALARIA
a.       Pengkajian
1.      Identitas klien
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
2.      Riwayat penyakit
a)      Keluhan utama
Merupakan hal yang paling klien rasakan.
b)      Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari malaria yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.
c)      Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji apakah pernah mengalami malaria sebelumnya.
d)     Riwayat penyakit keluaraga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami malaria.
e)      Riwayat lingkungan dan tempat tinggal
Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal, area lingkungan rumah, dll.
f)       Riwayat bio-psiko sosial
Aktivitas sehari-hari :
1.      Pola nutrisi
Mengkaji pola makan klien sebelum sakit dan saat sakit
· Selera makan :
· Menu makan ;
· Cara makan klien :
2.      Pola cairan
mengkaji pola cairan sebelum sakit dan saat sakit
· .jenis minuman yang dikomsumsi
· Frekwensi minum
3.      Pola eliminasi
Mengkaji BAB dan BAB sebelum sakit dan saat sakit.
· BAB:
Frekwensi:
Konsistensi:
· BAK:
Frekwensi:
4.      Pola istirahat tidur
Mengkaji pola istirahat tidur sebelum sakit dan saat sakit:
· Tidur siang
· Tidur malam  
5.      Pola personal hyiegene
Mengkaji pola personal hygiene sebelum sakit dan saat sakit
· Mandi 2-3 kali sehari.
· Cuci rambut dangan memakai sahmpo
·Apakah Menggunting kuku bila panjang?
3.      Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan umum
·Melihat Klien apakah tampak gelisah, pakaian klien rapi dan bersih.
b.      Tanda-tanda vital
· Suhu tubuh :
· Denyut nadi :
· Pernapasan :
· Tekanan darah
c.       Kepala, meliputi pemeriksaan
· Bentuk kepala
· Meliputi pemeriksaan kulit kepala
d.      Rambut, meliputi pemeriksaan
· Warna dan pertumbuhann.
e.       Hidung dan telinga
· Meliputi pemeriksaan bentuk lubang hidung kiri dan kanan simetris atau tidak,apakah tidak atau ada cairan dan tidak atau  ada infeksi pada lubang telinga.
f.       Mata
· Meliputi pemeriksaan Sclera, konjungtiva dan bola mata.
g.      Mulut dan gigi
· Meliputi pemeriksaan bentuk, atas`dan bawah , bibir, jumlah gigi.
h.      Leher
·Meliputi pemeriksaan kelenjar tiroid .
i.        Thoraks
·Meliputi pemeriksaan bentuk apakah  simetris atau tidak.
j.        Abdomen
· Melihat apakah ada atau tidak ada kelainan (benjolan)
k.      Ekstermitas
· Apakah terkoordinasi pergerakan dengan baik atautidak baik
4.      Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan darah tepi, pembuatan preparat darah tebal dan tipis dilakukan untuk melihat keberadaan parasit dan jenisnya dalam darah tepi.
5.      Analisa data
Dalam manganalisa data pasien terdapat beberapa hal yg perlu diperhatikan,antara lain sebagai berikut :



b.      Diagnosa keperawatan
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak sdekuat; anorexia; mual/muntah .
2.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh; prosedur tindakan invasif.
3.      Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

c.       Perencanaan
Rencana keperawatan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa diatas adalah :
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak sdekuat; anorexia; mual/muntah .
Tindakan/intervensi :
a.      Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan makanan klien
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan
.
b.      Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat
Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode anoreksia
.
c.       Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi
.
d.      Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ kontrol
.
e.      Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang berhubungan
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ
.

2.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem tubuh (pertahanan utama tidak adekuat), prosedur invasif.
Tindakan/intervensi :
a.       Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.
Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus dan hipotermia adalah tanda tanda penting yang merefleksikan perkembangan status syok/ penurunan perfusi jaringan
.
b.      Amati adanya menggigil dan diaforosis.
Rasional : Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu pada infeksi umum
.
c.       Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk memperbaiki selama masa terapi
Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau pertumbuhan dari organisme
.
d.      Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.
Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk infeksi umum
.
e.       Dapatkan spisemen darah.
Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria
.

3.      Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dehirasi efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
Tindakan/intervensi :
a.       Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.
Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola demam menunjukkan diagnosis
.
b.      Pantau suhu lingkungan.
Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
.
c.       Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
d.      Berikan antipiretik.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
e.       Berikan selimut pendingin.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi.
                                             























                                  
                                      BAB III
                                   PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali. Patofisiologi pada malaria masih belum diketahui dengan pasti. Berbagai macam teori dan hipotesis telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi pada malaria terutama mungkin berhubungan dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung parasit pada endothelium kapiler. Malaria dapa di klasifikasikan menjadi : malaria tropika, malaria kwartana, malaria ovale, dan malaria tersiana. Manifestasi klinis dapat beruap demam, anemia, splenomegali dll. Komplikasi yang dapat muncul dari malaria dapat berupa ;  malaria otak, anemia berat, anemia berat, dan hiperglikemia.
B.     Kritik dan saran
Jika dalam penyusunan kami melakukan kesalahan mohon keritik dan saran yang membangun.
Sekian terima kasih.












DAFTAR PUSTAKA
-          Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6.   Jakarta : EGC.
-          Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.
-          Nanada internasional (2009-2011). Diagnosis Keperawatan.. Jakarta : EGC
-          Smeltzer, Suzanne C, dkk. (2001). Keperawatan Medikal Bedah 2. Edisi 8. Jakarta : EGC

Komentar