MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN
MALARIA
BAB
I
PANDAHULAUN
A. LATAR
BELAKANG
Malaria adalah suatu penyakit akut dan bisa
menjadi kronik, disebabkan protozoa yang hidup intra sel, genus plasmodium.
Transmisi malaria berlangsung di lebih dari seratus negara di benua Afrika,
Asia Oceania, Amerika Latin, Kepulauan Karibia, dan Turki. Kira-kira 1,6
miliard penduduk di daerah ini selalu berada dalam risiko terkena malaria. Tiap
tahun ada 100 juta kasus terkena malaria dan meninggal 1 juta di daerah sahara
Afrika. Sebagian besar yang meninggal adalah bayi dan anak-anak. Plasmodium
malariae dan Plasmodium falciparum terbanyak di negara ini. Malaria telah
diberantas di negeri-negeri seperti Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Jepang,
Australia, dan lain-lain negeri yang sudah maju atau berkembang. Malaria yang
berat adalah yang disebabkan Plasmodium
palciparum.
Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Barat mencatat jumlah penderita
penyakit malaria hingga akhir 2009 sebanyak 89.954 orang. Kepala Bidang
Pengendalian Penyakit dan Lingkungan Dinas Kesehatan NTB dr Ida Bagus Jelantik,
di Mataram, mengatakan jumlah itu turun dibandingkan 2008 sebanyak 103.154
orang. "Dari sekian ribu warga yang terserang penyakit akibat gigitan
nyamuk malaria itu, tidak ada satupun korban yang meninggal dunia baik pada
2008 maupun 2009". Mulai Januari 2010 sudah disebar kelambu antimalaria
sebanyak 198 ribu unit ke seluruh kabupaten/kota. Kelambu itu merupakan
realisasi bantuan negara donatur kepada Indonesia untuk menangani penyakit
malaria.
Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. Di daerah transmigrasi dan daerah lain yang didatangi penduduk baru dari daerah non-endemik, sering terjadi letusan atau wabah yang menimbulkan banyak kematian. Lebih dari setengah penduduk Indonesia masih hidup di daerah dimana terjadi penularan malaria, sehingga beresiko terkena malaria.
Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. Di daerah transmigrasi dan daerah lain yang didatangi penduduk baru dari daerah non-endemik, sering terjadi letusan atau wabah yang menimbulkan banyak kematian. Lebih dari setengah penduduk Indonesia masih hidup di daerah dimana terjadi penularan malaria, sehingga beresiko terkena malaria.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana konsep dasar
dari penyakit malaria ?
2.
Bagaimana asuhan
keperawatan pada penyakit malaria ?
C.
TUJUAN
1. Mengetahui
bagaimana konsep dasar dari penyakit malaria.
2. Mengetahui
bagaimana asuhan keperawatan padapenyakit malaria.
3. Untuk
memenuhi tugas blok Gastrointestinal 2 dan Imun Hematologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep
dasar penyakit malaria
1.
Pengertian
Malaria adalah penyakit
yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa genus plasmodium
yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406).
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk (Corwin, 2000, hal 125).
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja, 2000).
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk (Corwin, 2000, hal 125).
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja, 2000).
Penularan malaria dilakukan
dilakukan oleh nyamuk betina dari tribus Anopheles. Adanya malaria di masyarakat
dan dalam keluarga dapat dibedakan sebagai endemic atau epiendemik.
Penggolongan lain adalah stable dan unstable malaria Macdonald. Malaria disuatu
daerah dikatakan endemic bila insidensnya menetap untuk waktu yang lama.
2. Etiologi
Ada empat jenis palsmodium yang menyebabkan
infeksi pada malaria:
a.
Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang
paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke
tiga).
b.
Plasmodium falciparum, memberikan banyak
komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan
pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
c.
Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan
menyebabkan malaria quartana/malariae (demam tiap hari empat).
d.
Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika
dan Pasifik Barat, diIndonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan
infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan,
menyebabkan malaria ovale.
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari .
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari .
3. Klasifikasi malaria
Malaria dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa macam :
a.
Malaria Tropika
(Plasmodium Falcifarum).
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan
bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia,
splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa
inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit.
Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil
yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya
spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin).
Klasifkiasi
penyebaran malaria tropika :
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur
hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah
yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan
endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal.
Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka
komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria,
dan Black Water Fever).
b.
Malaria Kwartana
(Plasmoduim Malariae).
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa
dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih
biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan
kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae
mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk
gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam.
Gejala lain nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise
umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom
nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di
temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan
hipertensi.
c.
Malaria Ovale
(Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip
Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen
hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah
bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler
dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua
malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun
periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi
lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
d.
Malaria Tersiana
(Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi
eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya
mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit
vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12 – 24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli.
Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh
eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara
periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam
berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang
menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di
tandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang
banyak, dan sering terjadinya komplikasi.
4.
Karakteristik
nyamuk
Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
a.
Hidup di daerah tropic dan sub tropic,
ditemukan hidup di dataran rendah.
b.
Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan
subuh hari.
c.
Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar
rumah, dan senang mengigit manusia (menghisap darah).
d.
Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km.
e.
Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah
ke atas dengan sudut 48 derajat.
f.
Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu.
g.
Lebih senang hidup di daerah rawa.
5. Patofisiologi
Parasit Plasmodium yang
berkembang biak dengan cara memisahkan tubuh dapat berkembang biak di dalam
sistem hati manusia dengan sangat cepat menjadi ribuan hanya dalam beberapa
menit setelah parasit ini disuntikan oleh nyamuk Anopheles betina yang sedang
makan.
Terdapat dua tahap
perkembangan penyakit malaria, yaitu tahap exoerthrocitic dan tahap erithrocitic.
Tahap exoeriyhrocitic adalah tahap dimana terjadinya infeksi pada sistem hati
(liver) manusia yang disebabkan oleh parasit plasmodium, sedangkan tahap
erithrocitic adalah tahap terjadinya infeksi pada sel darah merah (eritrosit).
Setelah masuk melalui
darah dan sampai di sistem hati manusia, parasit ini akan berkembang biak
dengan cepat yang kemudian keluar dan menginfeksi sel darah merah, yang mana
proses inilah yang menimbulkan timbulnya demam pada penderita malaria.
Selanjutnya adalah parasit plasmodium akan terus berkembang biak dalam sel
darah merah yang kemudian keluar untuk menginfeksi sel darah merah lain yang
masih sehat, hal inilah yang menyebabkan terjadinya gejala panas atau demam
naik turun pada penderita malaria.
Walaupun sebenarnya sistem limpa manusia bisa
menghancurkan sel darah merah yang terinfeksi oleh parasit, tetapi parasit
plasmodium jenis falciparum dapat membuat sel darah merah menempel pada
pembuluh darah kecil dengan cara melepaskan protein adhesif, sehingga dengan
begini sel darah merah yang terinfeksi tidak dapat masuk kedalam sistem limpa
untuk dihancurkan. Dengan kemampuan inilah plasmodium falciparum sering menjadi
penyakit malaria akut, karena dengan kemampuan menempelkan sel darah merah yang
telah terinfeksi di dinding pembuluh darah kecil secara simultan sehingga dapat
menyumbat peredaran darah ke otak yang sering mengakibatkan kondisi koma pada
penderita penyakit malaria .
Lain halnya dengan sebagian parasit plasmodium jenis vivax atau ovale tidak mempunyai kecenderungan yang mematikan seperti plasmdium falciparum tetapi dengan kemampuan menghasilkan hipnosoites yang tetap aktif selama beberapa bulan bahkan tahun, sehingga penderita penyakit malaria yang disebabkan plasmodium ini sering mengalami malaria yang baru kambuh dan kambuh lagi selama beberapa bulan bahkan tahun setelah terinfeksi pertama kali, dan sangat sulit dibasmi secara tuntas dari dalam tubuh manusia terinfeksi.
Lain halnya dengan sebagian parasit plasmodium jenis vivax atau ovale tidak mempunyai kecenderungan yang mematikan seperti plasmdium falciparum tetapi dengan kemampuan menghasilkan hipnosoites yang tetap aktif selama beberapa bulan bahkan tahun, sehingga penderita penyakit malaria yang disebabkan plasmodium ini sering mengalami malaria yang baru kambuh dan kambuh lagi selama beberapa bulan bahkan tahun setelah terinfeksi pertama kali, dan sangat sulit dibasmi secara tuntas dari dalam tubuh manusia terinfeksi.
6.
Nursing fathway
FATOFISIOLOGI
Dalam tubuh manusia tubuh nyamuk anopheles betina
Dalam hati (fase jaringan) dalam
kelenjar liur nyamuk
Hinnozo sporozo
Skizon dalam darah dalam
nyamuk
Merozoit
Tropozoit
ookista
Skizon
Merozoit
Makrogametosit makrogamet
Zigot= ookinet
Mikrogametosit
mikrogamet
HEMOLISIS
Eritrosit yang demam
Mengandung ribuan anemia
Morozoit
pecah ikterus
mual
Fagositosis eritrosit yang muntah
Mengandung parasit sakit kepala
anoreksia
hepatosplenomegali
7.
Manifestasi klinis
Tanda fan gejala yang muncul pada malaria secara umum :
a.
Demam
Demam
periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada
Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka
periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P.
Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap
serangan di tandai dengan beberapa serangan demam periodik.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan :
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan :
1.
Periode dingin
Mulai
menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan
selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan
gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan.
Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya
temperatur.
2.
Periode panas
Muka
merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC
atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital,
muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium
sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat
sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
3.
Perode
berkeringat
Penderita
berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah,
temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita
bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.
b.
Splenomegali
Splenomegali
adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa
mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen
eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah. Pembesaran limpa terjadi pada
beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di
bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya
merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar lebih
lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca
dekstra.
c.
Anemia
Derajat
anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena
Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan
Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan
eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.
d.
Ikterus
Ikterus
adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin
dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga
jenis ikterus antara lain :
1.
Ikterus
hemolitik
Disebabkan
oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat
terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat
mengkonjugasikan semua bilirubin yang di hasilkan.
2.
Ikterus
hepatoseluler.
Penurunan
penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit
dan di sebut dengan hepatoseluler.
3.
Ikterus
obstruktif
Sumbatan
terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di
sebut dengan ikterus obstuktif.
8.
Pemeriksaan
diagnostik
a.
Pemeriksaan
mikroskopis malaria
Diagnosis
malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis
(termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium)
di dalam penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam
target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang
diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan
mikrokopis tidak dapat dilakukan.
Pemeriksaan
mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik
yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
1)
Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu
pada akhir periode demam
memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam
sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan
identifikasi spesies parasit.
2)
Volume yang diambil sebagai sampel cukup,
yaitu darah kapiler (finger prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk
sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
3)
Kualitas perparat harus baik untuk menjamin
identifikasi spesies plasmodium yang tepat.
4)
Identifikasi spesies plasmodium.
5)
Identifikasi morfologi sangat penting untuk
menentukan spesies plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan
obat.
b.
QBC (Semi
Quantitative Buffy Coat)
Prinsip
dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat
acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC
merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter
tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan
spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.
c.
Pemeriksaan
imunoserologis
Pemeriksaan
imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap paraasit
plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi
plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik
radioimmunoassay dan enzim immunoassay.
d.
Pemeriksan
Biomolekuler
Pemeriksaan
biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium dalam
darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan
eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
9.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari jenis
plasmodiuman antara lain
sebagai berikut :
a.
Malaria
tersiana/kuartana
Biasanya
di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan
mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari).
Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari).
b.
Malaria
ovale
Berikan
kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari).
Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6
jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di
kombinasikan dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
c.
Malaria
Falciparum
Kombinasi
sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal
sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti
tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari
selama 7 hari.
10. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dari
penyakit malaria :
a.
Malaria
otak
Malaria
otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%) bila
dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai secara
lambat atau setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul
dengan gangguan kesadaran, kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau
menyeluruh.
b.
Anemia
berat
Komplikasi
ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak (<> 3 mg/ dl.
Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian mencapai 50%.
Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya Anoksia, penurunan aliran darah
keginjal, yang dikarenakan sumbatan kapiler, sebagai akibatnya terjadi
penurunan filtrasi pada glome.
c.
Edema
berat
Komplikasi
ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan. Frekuensi
pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang menyebabkan
kematian. Biasanya disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult Respiratory
Distress Syndrome (ARDS).
d.
Hipoglikemia
Konsentrasi
gula pada penderita turun.
B.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA MALARIA
a. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi identitas klien yaitu : nama
lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat.
Identitas penanggung
jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan klien, dan alamat.
2. Riwayat penyakit
a) Keluhan utama
Merupakan hal yang
paling klien rasakan.
b) Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang
dilakukan untuk menentukan sebab dari malaria yang nantinya membantu dalam
membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit.
c) Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji apakah pernah
mengalami malaria sebelumnya.
d) Riwayat penyakit keluaraga
Mengkaji ada atau tidak
salah satu keluarga yang mengalami malaria.
e) Riwayat lingkungan dan tempat tinggal
Mengkaji lingkungan
tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal, area
lingkungan rumah, dll.
f)
Riwayat bio-psiko sosial
Aktivitas sehari-hari :
1.
Pola nutrisi
Mengkaji
pola makan klien sebelum sakit dan saat sakit
· Selera makan :
· Menu makan ;
· Cara makan klien :
2.
Pola cairan
mengkaji
pola cairan sebelum sakit dan saat sakit
· .jenis
minuman yang dikomsumsi
· Frekwensi
minum
3.
Pola eliminasi
Mengkaji BAB
dan BAB sebelum sakit dan saat sakit.
· BAB:
Frekwensi:
Konsistensi:
· BAK:
Frekwensi:
4.
Pola istirahat tidur
Mengkaji
pola istirahat tidur sebelum sakit dan saat sakit:
· Tidur siang
· Tidur malam
5.
Pola personal hyiegene
Mengkaji
pola personal hygiene sebelum sakit dan saat sakit
· Mandi 2-3
kali sehari.
· Cuci rambut
dangan memakai sahmpo
·Apakah Menggunting
kuku bila panjang?
3.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum
·Melihat Klien
apakah tampak gelisah, pakaian klien rapi dan bersih.
b.
Tanda-tanda vital
· Suhu tubuh :
· Denyut nadi
:
· Pernapasan :
· Tekanan darah
c. Kepala,
meliputi pemeriksaan
· Bentuk
kepala
· Meliputi
pemeriksaan kulit kepala
d.
Rambut, meliputi pemeriksaan
· Warna dan
pertumbuhann.
e.
Hidung dan telinga
· Meliputi
pemeriksaan bentuk lubang hidung kiri dan kanan simetris atau tidak,apakah tidak
atau ada cairan dan tidak atau ada
infeksi pada lubang telinga.
f.
Mata
· Meliputi pemeriksaan Sclera,
konjungtiva dan bola mata.
g.
Mulut dan gigi
· Meliputi
pemeriksaan bentuk, atas`dan bawah , bibir, jumlah gigi.
h.
Leher
·Meliputi
pemeriksaan kelenjar tiroid .
i.
Thoraks
·Meliputi
pemeriksaan bentuk apakah simetris atau
tidak.
j.
Abdomen
· Melihat
apakah ada atau tidak ada kelainan (benjolan)
k.
Ekstermitas
· Apakah terkoordinasi
pergerakan dengan baik atautidak baik
4.
Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan
darah tepi, pembuatan preparat darah tebal dan tipis dilakukan untuk melihat
keberadaan parasit dan jenisnya dalam darah tepi.
5.
Analisa data
Dalam manganalisa data
pasien terdapat beberapa hal yg perlu diperhatikan,antara lain sebagai berikut
:
b. Diagnosa
keperawatan
1.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan makanan yang tidak sdekuat; anorexia; mual/muntah .
2. Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh;
prosedur tindakan invasif.
3. Hipertermia
berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi
kuman pada hipotalamus.
c.
Perencanaan
Rencana
keperawatan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa diatas adalah :
1. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang
tidak sdekuat; anorexia; mual/muntah .
Tindakan/intervensi :
a.
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang
disukai. Observasi dan catat masukan makanan klien
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan.
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan.
b.
Berikan makan sedikit dan makanan tambahan
kecil yang tepat
Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode anoreksia.
Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode anoreksia.
c.
Pertahankan jadwal penimbangan berat badan
secara teratur.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi.
d.
Diskusikan yang disukai klien dan masukan
dalam diet murni.
Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ kontrol.
Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ kontrol.
e. Observasi
dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang berhubungan
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ.
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ.
2.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan penurunan sistem tubuh (pertahanan utama tidak adekuat), prosedur
invasif.
Tindakan/intervensi
:
a.
Pantau terhadap kecenderungan peningkatan
suhu tubuh.
Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus dan hipotermia adalah tanda tanda penting yang merefleksikan perkembangan status syok/ penurunan perfusi jaringan.
Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus dan hipotermia adalah tanda tanda penting yang merefleksikan perkembangan status syok/ penurunan perfusi jaringan.
b.
Amati adanya menggigil dan diaforosis.
Rasional : Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu pada infeksi umum.
Rasional : Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu pada infeksi umum.
c.
Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/
kegagalan untuk memperbaiki selama masa terapi
Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau pertumbuhan dari organisme.
Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau pertumbuhan dari organisme.
d.
Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.
Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk infeksi umum.
Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk infeksi umum.
e.
Dapatkan spisemen darah.
Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria.
Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria.
3.
Hipertermia berhubungan dengan peningkatan
metabolisme dehirasi efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
Tindakan/intervensi
:
a.
Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan
menggigil.
Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola demam menunjukkan diagnosis.
Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola demam menunjukkan diagnosis.
b.
Pantau suhu lingkungan.
Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
c.
Berikan kompres mandi hangat, hindari
penggunaan alkohol.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
d.
Berikan antipiretik.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
e.
Berikan selimut pendingin.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Malaria
adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa
genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali. Patofisiologi
pada malaria masih belum diketahui dengan pasti. Berbagai macam teori dan
hipotesis telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi pada malaria terutama
mungkin berhubungan dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat
melekatnya eritrosit yang mengandung parasit pada endothelium kapiler. Malaria dapa di klasifikasikan menjadi :
malaria tropika, malaria kwartana, malaria ovale, dan malaria tersiana. Manifestasi
klinis dapat beruap demam, anemia, splenomegali dll. Komplikasi yang dapat
muncul dari malaria dapat berupa ; malaria
otak, anemia berat, anemia berat, dan hiperglikemia.
B.
Kritik
dan saran
Jika
dalam penyusunan kami melakukan kesalahan mohon keritik dan saran yang
membangun.
Sekian
terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
-
Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta
: EGC.
-
Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana
Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for planing and documenting
patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.
-
Nanada internasional (2009-2011). Diagnosis
Keperawatan.. Jakarta : EGC
-
Smeltzer,
Suzanne C, dkk. (2001). Keperawatan Medikal Bedah 2. Edisi 8. Jakarta
: EGC
Komentar
Posting Komentar